Sehari
sebelumnya, Tanto telah membooking tiket rute Sao Paulo – Rio de
Janeiro pp dengan harga sekitar 600 Real (= Rp 2,7 juta). Tapi karena
belum sempat menukarkan mata uang asing, Tanto menunda untuk meng-issued tiket hingga besok harinya. Pada
waktu itu dia sudah mengantongi kode booking dengan harga yang
disebutkan. Namun, kode booking belum menjamin Tanto untuk memperoleh
tiket dengan harga yang sudah disepakati sehari sebelumnya. Tanto kaget
dengan harga baru yang disodorkan yakni sekitar 1.200 Real atau sama dengan Rp 5,4 juta.
Pengalaman
buruk yang dialami Tanto juga dialami sejumlah pelancong asal Indonesia
lainnya, Etha. Meskipun sudah mengantongi tiket Sau Paulo – Frankfurt
dengan status ok, hal itu tidak menjaminnya memperoleh seat di pesawat. Setelah antri sekitar dua jam di depan counter check in pesawat Varig di Airport Internasional Sao Paulo, Etha tiba-tiba dikejutkan dengan informasi ‘tidak bisa berangkat’. Seorang petugas counter
warga Brasil keturunan Jepang dengan nada tanpa beban mengatakan, “Anda
tidak bisa berangkat karena penerbangan Varig rute Sao Paulo –
Frankfurt sudah overbooked 200 orang.”
Perang
mulutpun sulit dihindari, para penumpang bersikeras untuk berangkat
dengan pesawat itu karena sudah mengantongi tiket dengan status ok.
Disamping itu, penundaan keberangkatan dapat mengganggu bisnis dan
kegiatan lainnya yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Tanpa
mengabaikan kekesalan ratusan penumpang yang sudah antri berjam-jam
para petugas hanya meminta maaf dan menawarkan penginapan semalam di
hotel berbintang empat di Sao Paulo.
Setelah dipastikan sulit memperoleh seat
dan capek perang mulut melulu, Etha akhirnya memutuskan menerima
tawaran menginap semalam di Sao Paulo. Petugas counter juga menjanjikan
penerbangan besok harinya. Bahkan, pada saat itu juga petugas tersebut
langsung menyodorkan boarding pass untuk penerbangan tunda itu.
Pengalaman
Tanto dan Etha hanyalah sebagian kecil dari sejumlah ‘keanehan’ yang
dialami pelancong yang sekaligus penumpang Varig Air akhir Februari 2006
lalu. Ternyata keanehan seperti itu sudah menjadi hal yang biasa di
Brasil dan Amerika Latin pada umumnya. “Kalau tidak aneh begitu, bukan
Brasil namanya. Kita di Amerika Latin ini bung,”kata seorang staf Pusat
Promosi Indonesia di Sao Paulo.
Pengalaman
pahit yang dialami Tanto ataupun Etha di negeri berbahasa Portugis ini,
tidak menyurutkan kecintaan mereka bepergian ke berbagai kota di
Brasil. Meskipun sarat dengan pelayanan ‘aneh’ itu, Brasil tetap
diincar. Patut dimaklumi karena paket wisata di negara yang dijuluki
pintu masuk Amerika Latin ini sangat menggiurkan. Selain
itu, karena waktu tempuh dari Jakarta (Indonesia) ke Sao Paulo, pintu
masuk Brasil, cukup panjang. Berwisata ke berbagai kota di wilayah itu
dianggap dapat membayar kelelahan penerbangan. Bepergian
ke Brasil bisa ditempuh dengan penerbangan melalui Frankfurt (Jerman),
Amsterdam (Belanda), atau Los Angeles (AS) sekitar 12 – 13 jam. Kemudian
dilanjutkan dengan penerbangan sekitar 9-11 jam dari lokasi-lokasi
tersebut ke Sao Paulo. Total perjalanan dari Jakarta – Sao Paulo
mencapai 21 – 24 jam. Memang melelahkan.
Hampir
seluruh kota di Brasil menawarkan lokasi tujuan wisata yang menarik.
Mulai dari Porto Alegre, Sao Paulo, Brasilia, hingga Rio de Janeiro. Semua
wilayah memiliki keunggulan masing-masing untuk menarik para wisatawan.
Menurut Kuasa Usaha ad interim KBRI di Brasil Teiseran Cornelius kepada
Pembaruan di Sao Paulo beberapa waktu lalu, setiap kota menyajikan daya
tarik yang kompetitif.
Jika
ingin melakukan kegiatan bisnis, sebaiknya datang ke Sao Paulo. Apabila
ingin mengikuti konferensi atau seminar-seminar, kota Porto Alegre
menjadi lokasi yang tepat. Kalau ingin melihat penataan kota yang
futuristik dan terencana, berkunjunglah ke Brasilia, ibukota Brasil.
Kalau memang ingin berwisata tanpa aktivitas lain, kota Rio de Janeiro
yang paling tepat untuk dikunjungi.
Namun
dari semua kota yang berjejer di negara yang sering dijuluki Amazone
karena hutannya yang terkenal, kota Rio (sebutan untuk Rio de Janeiro)
yang dianggap paling mengesankan. “Kalau jalan-jalan ke Brasil harus ke
Rio. Sebab kalau ke Brasil tanpa ke Rio, katanya belum sah,”tutur
seorang diplomat Indonesia kepada sekelompok warga Indonesia di Porto
Alegre.
Brasil
memang tidak pernah habis dengan keindahan wisatanya. Sekali ‘terbang’
ke Brasil para wisatawan akan ketagihan untuk mengunjungi
sebanyak-banyaknya lokasi wisata. Yang penting koceknya tebal karena
biaya perjalanan di sana cukup mahal.
Rio de Janeiro
Pemandangan kota Rio memang lain dari pada yang lain. Sepertinya perfect
bagi wisatawan. Ada pantai pasir putih yang indah, Copacobana. Pantai
yang bersebelahan dengan Pantai Ipanema ini mirip Pantai Kuta (Bali)
atau Gold Coast (Australia). Pantai
pasir putih sejak pagi hingga malam hari dipadati para penikmat olah
raga pantai dan wisatawan yang memang sengaja untuk berjemur. Pakaian
minim di sana menjadi pemandangan yang biasa. Apalagi di musim panas
yang memang sangat panas dan menggerahkan (bisa mencapai sekitar 37
hingga 38 derajat Celsius).
Sepanjang
pantai Copacobana yang panjangnya lebih dari 1 Km dipadati hotel-hotel
yang sangat beragam. Mulai dari hotel tanpa bintang hingga berbintang
dengan fasilitas yang beragam. Soal harga, jangan tanya lagi. Harganya
bervariasi mulai dari Rp 500 ribu hingga puluhan juta. Tergantung
kemampuan kocek masing-masing.
Kamar-kamar
hotel di Rio tergolong luas. Sebenarnya kamar yang mirip apartemen itu
paling cocok untuk 2-6 orang. Jadi, bagi wisatawan yang senang bepergian
dengan rombongan alias banyak orang, kamar-kamar seperti itu sangat
cocok dan tergolong murah.
Dari
pantai, kita bisa ‘mendaki’ ke puncak gunung. Ada patung Kristus
Penebus, Corcovado dan Pegunungan Sugar Loaf. Patung Kristus setinggi 38
meter itu selalu dipadati pengunjung mulai pagi hingga sore hari.
Patung yang dirancang dan dibangun orang Brasil dan Prancis yaitu Heitor
da Silva Costa dan Paul Landowski didirikan sejak tahun 1931.
Di
puncak Corcovado pengunjung dapat menikmati keindahan kota Rio.
‘Sejuta’ pemandangan indah lainnya yang tak terhitung jumlahnya dapat
dinikmati dari puncak Sugar Loaf.
Berwisata
ke Brazil harus dilengkapi dengan jalan-jalan ke lapangan sepak bola,
menikmati ‘Churrasco’(barberque), dan hiburan malam. Disamping itu juga,
Brasil yang terkenal sebagai negeri sepak bola dengan sederetan
pemain-pemain top dunia, menawarkan wisata ke lapangan sepak bola.
Lapangan sepak bola bertaburan di mana-mana. Oleh sebab itu, para
pemandu wisata dengan bangga mengantar wisatawan ke stadion sepak bola
seperti Maracana. Maklum saja, Brasil merupakan juara dunia sepak bola
dan pencetak
pemain-pemain dunia. Di salah satu lapangan sepak bola itulah, Ronaldo,
Ronaldhino, ataupun Kaka memulai karir miliader mereka.
Menikmati
keindahan kota Rio akan semakin lengkap apabila wisatawan menyempatkan
diri menyantap churrasco, makanan khas Brasil dan hiburan malam. Makanan
daging Brasil cukup beragam seperti daging ayam, sapi, kambing, domba,
dan babi. Pengunjung tinggal memilih sesuai selera dan kemampuannya.
Biasanya makanan ini dinikmati dengan salad, nasi, ataupun pisang
goreng.
Hiburan
malam di Rio tergolong ramai dibandingkan dengan kota-kota lain seperti
Porto Alegre dan Sao Paulo. Di kota ini terdapat pertunjukan Samba,
tarian Brasil yang paling terkenal.
Yang
tidak kalah menarik juga adalah carnaval. Carnaval yang berlangsung
menjelang Paskah ini dilangsungkan di berbagai kota. Pertunjukan
Carnaval yang paling meriah dapat dinikmati di kota Rio. Jalan-jalan
utama akan ditutup untuk perayaan ini.
Sao
Paolo, kota yang padat. Ciri khas kota ini, tidak lepas dari gedung
bertingkat dan kemacetan lalu lintas. Apalagi jika bepergian pada
jam-jam kerja. Harus
diperhitungkan dengan matang jalur yang akan dilalui agar terbebas dari
kemacetan. Atau bisa saja kita menyiapkan waktu yang cukup untuk
bepergian ke suatu tempat yang memang harus melewati kawasan macet.
Kota
ini merupakan salah satu pintu masuk wisatawan terpadat di Brasil.
Umumnya, wisatawan yang akan bepergian ke kota-kota lain di Brasil atau
ke negara-negara lain di Amerika Latin mesti transit di bandara Sao
Paulo. Para wisatawan yang transit di Sao Paulo sangat menikmati suasana
bandara karena fasilitasnya cukup baik.
Bandara
Internasionalnya menyiapkan fasilitas internet dan penitipan barang
yang memadai. Restoran dan pertokoannya juga sangat menyajikan makanan
yang lezat dan barang-barang yang eksklusif.
Sao Paulo
tepat disebut sebagai kota bisnis sekaligus kota belanja. Karena itu
tidak sedikit perwakilan-perwakilan dagang dari berbagai negara
menjadikan kota ini sebagai hub perdagangan dan industri mereka. Dari sini mereka mengembangkan bisnis ke berbagai kota di Brasil dan Amerika Latin.
Wilayah
Selatan Brasil berbeda dengan wilayah-wilayah lain di negeri itu.
Kota-kota di wilayah ini sangat berbeda. Wilayah ini sebagian besar
didiami imigran dari Jerman, Itali, dan Polandia. Nampak sekali penataan
seperti sejumlah kota di Eropa. Sungguh menarik.
Salah
negara bagian yang terkenal di wilayah ini adalah Rio Grande do Sul
yang ibukotanya Porto Alegre. Kota ini terletak di negara bagian Kota
kesukacitaan (=pelabuhan kesukacitaan) ini dijuluki sebagai kota
pendidikan dan konferensi di Brasil. Salah satu universitas yang
terkenal di sini adalah Pontificia Universidade Catolica do Rio Grande
do Sul. Di lokasi ini sekitar 4.000 orang Kristen dari seluruh dunia
melaksanakan Sidang Raya ke-9 Dewan Gereja-gereja se-Dunia pada Februari
2006.
Di
Porto Alegre wisatawan dapat memperoleh souvenir-souvenir yang menarik
terutama perhiasan batu. Batu-batu yang berusia ratusan tahun pun diolah
menjadi asesoris ruangan. Di beberapa toko kristal wisatawan dapat
memperoleh bermacam-macam jenis batu baik untuk perhiasan seperti batu
Esmeralda, maupun penghias ruangan seperti batu Ametista.
Di
negara bagian do Sul selain Porto Alegre juga berjejer kota-kota lain
yang cantik. Kawasan ini dikenal sebagai kawasan pertanian, peternakan
dan industri terutama sepatu dan tas. Setelah menyusuri kawasan luar
kota Porto Alegre dengan infrastruktur jalan tol seperti di Amerika
Serikat, wisatawan bisa menikmati keindahan kota-kota seperti Novo
Hamburgo, Canela, Gramado, Santa Maria. Ketika menyusuri kota-kota ini
kita seperti merasa berada di sejumlah kota di Jerman. Suasananya hampir
mirip. Hanya bahasanya saja yang berbeda. Dibanding negara bagian lain,
kota-kota di negara bagian de Sul iklimnya lebih dingin.
Di
luar kota Porto Alegre inilah kita mulai menikmati keindahan alam
pegunungan dan wisata belanja yang unik. Di lokasi-lokasi yang tidak
terlalu ramai penduduk kita bisa menemukan butik-butik yang menjual
barang-barang dari kulit asli. Sepatu-sepatu kulit, jacket, tas, dan
ikat pinggang untuk perempuan dengan mudah kita temukan di kota ini.
Harga yang ditawarkan juga sangat kompetitif. Bagi wisatawan perempuan
yang gemar berbelanja barang-barang dari kulit disarankan untuk
‘terbang’ ke Porto Alegre dan kota-kota di sekitarnya. Penerbangan dari
Sau Paolo ke Porto Alegre ditempuh sekitar 1,5 jam.
Di
negara bagian selatan ini juga terdapat lokasi wisata yang sungguh
menakjubkan yaitu Air Terjun Iguassu. Air terjun ini berdekatan dengan
kota Curitiba. Jutaan wisatawan menghabiskan masa libur mereka di lokasi
air terjun ini yang tidak kalah dengan Niagara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar